Tubanliterasi.or.id – Himpunan Mahasiswa Program Studi Hukum Keluarga Islam (HMPS HKI) laksanakan bedah Buku, Potret Pemimpin Milenial; Dimensi Politik di Era Digitalisasi pada, Minggu (13/8/23).
Kegiatan yang cukup meriah tersebut terlaksana di Gedung A Lantai 3 kampus setempat PP Al-Hikmah Desa Binangun Kecamatan Singgahan-Tuban.
Menurut ketua HIMA Wahyu Choirul menuturkan, salah satu dari motivasi dalam bedah buku ini adalah untuk meningkatkan minat literasi para mahasiswa fakultas HKI. Selain itu, untuk menyiapkan generasi yang melek terhadap politik di era digital.
“Memang dari saya pribadi itu untuk mengeratkan keluarga besar HKI. Kedua memang dari HKI ini sendiri mahasiswanya minim akan ghirah membaca. Jadi biar motivasi teman-teman mahasiswa tumbuh dengan baik,” tutur Choir.
Choir menambahkan, manfaat berliterasi itu sangat banyak, menambah pengetahuan, bisa menulis buku dan lain-lain.
“Harapan ke depan dengan pasca bedah buku ini nanti teman-teman mahasiswa itu bisa menjadi mahasiswa yang unggul dalam menulis maupun yang lainnya. Mungkin kedepan diusahakan lebih meriah lagi dari pada yang sekarang. Dan semoga karya penulis bisa mendorong kualitas pemimpin masa depan di era digital,” sambung santri PP Al-Hikmah itu.
Sementara itu sang penulis buku Mutholibin menyampaikan, dalam sebuh kajian keilmuan tidak ada yang sia-sia. Karena diskusi dan literasi adalah bagian dari menjaga akal waras.
“Akal kita bisa sehat karena dengan membaca. Budaya kampus yang sebenarnya itu ya membaca dan diskusi. Dengan dialektika munculah yang namanya dinamika,” tutur Bung Bin sapaan akrabnya.
Jadi kalau teman-teman kuliah di Jogjakarta. Anda akan menemukan halaqah atau diskusi-diskusi kecil di warung kopi. Banyak sekali ruang diskusi yang dianggap menjadi sebuah tradisi. “Seperti bedah buku hari ini, walaupun banyak rintangan. Nah, jangan kurangnya logistik dijadikan rintangan. Karena kalau logistik menjadi halangan dalam revolusi. Maka kita akan berhenti dan tanpa berbuat apa-apa. Oleh sebab itu tetap putus asa, jangan semangat. Saya ada puisi untuk temen-temen, “mahasiswa takut pada dosen nya, dosen takut kepada rektor, rektor takut pada menteri, menteri takut pada presiden, presiden takut pada mahasiswa,” pungkasnya.