​Malu Pada Tarzan (Alexander Skarsgard)

Malu Pada Tarzan(Alexander Skarsgard)
Iklan Bawaslu Tuban

Tuban Literasi – Berpenampilan elegan, berwibawa, dan ditambah memiliki banyak aset adalah idaman bagi banyak orang, termasuk saya sendiri. Namun kebanggaan itu menjadi luntur karena saya bukan siapa-siapa. Saya belum mempunyai prestasi apapun di bumi Ronggolawe, seperti yang sudah dilakukan oleh Alexander Skarsgard. Jadi saya merasa malu jika terlalu percaya diri (PD)  saat membanggakan diri saya sendiri.

Kita ketahui bersama bahwa seseorang bisa bangga jika sudah mempunyai prestasi. Itu menurut saya. Terlebih memiliki status menjadi orang nomor 1 atau nomor 2 di tanah kelahiran.

Bacaan Lainnya

Entah apa yang saya tuliskan ini benar atau salah, yang pasti sifatnnya untuk merefleksikan diri saya sendiri. Syukur jika mampu mempengaruhi banyak orang. Toh, saya juga masih harus banyak belajar dari teks maupun konteks. Terlebih belajar dari orang-orang luar biasa yang menurut saya patut menjadi panutan untuk menopang kapasitas saya. Bukan ingin menjadi pejabat, tapi menjadi orang yang bermanfaat untuk banyak orang. Khoirunnas Anfauhum Linnas, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Syukur Alhamdulillah, jika saya nanti menjadi pejabat yang bermanfaat dunia akhirat. Amiiin.

Kadang timbul pertanyaan di benak saya, apakah saya mampu mengendalikan diri jika sudah menjadi apa yang saya harapkan? Maka dari itu saya harus berkaca terlebih dahulu pada Alexander Skarsgard, seorang tokoh yang terdapat di judul tulisan saya ini.

Mungkin disekeliling saya sudah terlalu banyak orang PD dibalik kesenjangan sosial, termasuk saya sendiri. Bodoh berdandan pintar, miskin berdandan kaya atau sebaliknya. Dimana hal tersebut dilakukan demi menjaga status sosial.

Berangkat dari keyakinan yang pas-pasan, Saya juga meyakini bahwa untuk mewujudkan perubahan sangatlah sulit. Apalagi jika kita belum pantas untuk menjadi panutan banyak orang sebagai tokoh perubahan. Seperti tokoh-tokoh pendiri bangsa terdahulu. Untuk itu saya ambil tokoh dalam film saja. hehe.

Mungkin anda bertanya siapa sosok yang saya maksud didalam tulisan ini? Baik, saya akan memaparkan profil Alexander Skarsgard, agar kita tidak sama-sama penasaran.

Alexander Skarsgard adalah aktor dalam film  Hollywood ”The Legend Of Tarzan”. Film tersebut mengisahkan tentang penyelamatan hutan Kongo pedalaman Afrika yang memiliki sumber mineral emas dan memiliki keanekaragaman hayati. Tarzan (Alexander Skarsgard) berusaha menyelamatkan hutan dari perusahaan ekstraktif yang akan dikuasai oleh seorang Panglima atau Kapten perang Jahat bernama Belgia Rom (Christoph Waltz) yang serakah dan tamak.

Sebenarnya Tarzan sudah hidup damai di London dengan sang istri tercintanya Jane Porter (Margot Robbie). Tapi karena jiwa sosial yang tinggi, membuat ia terpanggil untuk menyelamatkan sumberdaya alam Kongo dari kaum-kaum feodal.

Asumsi saya adalah walupun Tarzan sedari kecil sampai dewasa dididik oleh binatang-binatang buas, namun dirinya tidak sebuas yang mendidiknya dan sifat binatang tidak melekat padanya. Malah sebaliknya, naluri kemanusiaannya tetap kuat dan masih merasa mempunyai tanggung jawab untuk menyelamatkan tempat dimana ia dulu dibesarkan.

Walaupun toh dia sudah hidup mewah di London dengan sang istri, ia tetap kembali untuk bertaruh nyawa melawan Belgia Rom beserta pasukannya.

Singkat cerita Belgia Rom dan pasukannya angkat kaki dari bumi jajahannya.

Tokoh yang terdapat di tulisan saya ini mungkin hanya fiktif. Tapi bagi pecinta film bernuansa pesan moral, sangat berarti untuk belajar menghargai sumberdaya alam. Bukan hanya judul film atau tokoh yang terdapat didalamnya.

Film tersebut mengisahkan juga apa yang terjadi pada hari ini. Kadang orang lupa ketika sudah berubah statusnya. Namun itu tidak berlaku untuk Tarzan (Alexander Skarsgard). Jika penasaran dengan yang saya ceritakan, mari kita nonton sama-sama filmnya.

Hal yang terpenting dari film tersebut adalah terdapatnya korelasi dengan kehidupan nyata dan mendidik. Kalau kata orang bijak, terimalah kebaikan sekecil apapun walaupun datangnya dari mana saja.

(*) Penulis adalah Perempuan Visioner Tuban

Pos terkait