Tubanliterasi.or.id – Kotestasi politik 2024 sudah semakin dekat. Artiya masyarakat akan punya gawe besar. Yaitu memilah dan memilih elit politik yamg berkapasitas untuk mengatur kepentingan masyarakat. sehingga harus menggunakan hak pilih yang cerdas. Karena nasib bangsa ditentukan oleh proses pemilihan pemimpin yang tepat dan demokratis. Ini yang dapat menunjukan kondisi politik semakin baik dan mampu meningkatkan kesejahteraan. Bukan pemimpin yang pandai umbar janji. Karena demokrasi, dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Bukan sebaliknya, dari pejabat, oleh pejabat dan untuk pejabat.
Calon pemimpin harus didorong untuk menunjukan kedewasaan berpolitik. Dengan demikian, tidak gagap menghadapi perubahan pembangunan, skala desa, daerah, provinsi dan nasional. Untuk meraih tujuan tersebut. Masyarakat bisa meluruskan visi dan komiten membangun negara. Bukan meggunakan cara politik kotor dan pecah belah. Sebenarnya kita sudah sama-sama tahu bahwa bangsa ini terlalu banyak pecundang, main bola di dalam kandang sendiri.
Kita sudah banyak melewati rintangan apapun yang membuat bangsa ini menderita dari jaman Belanda, Jepang dan VOC. Dengan apa yang pernah terjadi terhadap bangsa ini. Seolah pejabat laku penjilat lupa dengan tetes darah para pendiri bangsa ini. Sungguh miris memang, jika kita melihat perjuangan mereka dinistakan. Entah apa yang ada dipikiran penguasa. Sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan.
Mari kita pahami kejadian tersebut untuk naik level, bukan malah semakin turun level. Jika kita tidak paham level yang kita lewati, berarti kita termasuk orang yang rugi.
Mungkin kita selalu menyepelekan hal-hal kecil. Sehingga dengan hal kecil tersebut, malah sering tidak terkontrol apa yang telah terjadi. Kalau Mas Azrul di Jawa Pos pada 20 September 2017 lalu mengatakan bahwa, ia sangat mengkahwatirkan hal-hal kecil obsessive-compulsiv memikirkan hal terlalu detail. Kalau saya boleh katakan perfek adalah hal yang sangat perlu. Dengan ketelitian, segala kemungkinan akan mudah terkontrol dan ancaman bisa diminimalisir.
Sebenarnya kita sudah faham apa yang kita lakukan. Tapi ketika dihadapkan pada peluang besar, tidak mampu menjemputnya. Dengan demikian masalah semakin bertambah dan tumpang tindih. Lagi-lagi harus jatuh bangun untuk memperbaiki kesalahan yang telah dibuat oleh kita sendiri.
Yang pasti setiap orang menginginkan perubahan yang lebih baik. Tapi bukan berarti dengan memunculkan masalah, bahkan sampai mengorbankan orang lain. Bisa disebut bermain dengan keadaan, sama saja kita mendatangkan petaka. Seyogiyanya kita mengedepankan pikiran kritis dalam mengambil keputusan. Karena keputusan yang kurang tepat bisa memunculkan masalah baru.
Sampai kapan kita mempermainkan keadaan yang tidak dewasa ini?. Apakah rasa lelah yang membosankan ini belum cukup kita jadikan pelajaran yang berharga?
Kita seolah terlalu hebat sering menciptakan masalah. Perdebatan yang tak berarti sering menyita waktu. Dan terkadang malah menjadi masalah yang cukup lama untuk diselesaikan. Karena kita tidak tahu cara penyelesainya. Padahal masalah itu yang membuat kita sendiri.
Sudah saatnya keadaan ini berubah menjadi lebih baik. Karena guru yang baik adalah pengalaman yang kita lewati, entah pengalaman baik atau buruk yang pernah terlewatkan. Bagian itulah yang kemudian menjadi referensi kedepan untuk merubah keadaan. Karena Allah Swt tidak akan merubah nasib suatu kaum, jika kaum itu sendiri tidak berusaha untuk berubah. (*)