Tubanliterasi.or.id – Di era milenial pergulatan manusia bukan lagi menggunakan fisik (otot). Namun musuh kita saat ini adalah derasnya teknologi. Kini menjadi ancaman yang sangat kuat. Seiring berkembangnya teknologi yang begitu pesat, semakin besar pula tantangan bagi keberlangsungan hidup manusia. Jika dulu kita sibuk dengan gencatan senjata, namun pada era sekarang sibuk dengan sosial media (perang teknologi). Bisa dibilang, tiada hari tanpa internet dan bermedsos. Namun subtansi yang dibentuk minim nilai. Bayangkan saja, setiap kita jumpai anak muda di warkop, pasti hanya mencari tempat game. Sungguh berbahaya untuk keberlangsungan masa depan umat manusia.
Generasi milenial yang sangat erat dengan kemajuan teknologi hakikatnya mempunyai potensi besar menjadi penggerak perubahan. Namun kemudahan teknologi justru membuat mereka cenderung dimanja. Malas berpikir, banyak membuang waktu dengan rebahan dan sambil mantengin hp. Sehingga semangat hidupnya hanya bergantung pada kemudahan teknologi.
Interaksi sosial yang nyata berubah menjadi kesunyian. Bayangkan saja, budaya sapa kini menjadi tidak begitu popular. Dianggap buang-buang waktu dan tidak gaul sama sekali. Interaksi di dunia maya sudah menggantikan seluruh aspek budaya, tutur, sapa dan menyapa. Budaya baru ini dikhawatirkan akan mendorong generasi milenial menjadi apatis dan kehilangan kepekaan pada kondisi sosial. Hal ini merupakan salah satu tantangan bagi generasi milenial di masa mendatang. Dari segi, agama, budaya, politik, ekonomi dan lain sebagainya. Diakui atau tidak, keberlansungan hidup generasi milenial mempunyai pengaruh besar dalam menentukan arah peradaban manusia.
Generasi milenial yang selalu up to date dengan berbagai informasi. Di sisi lain, nalar kritisnya menurun. Sehingga mudah terpengaruh berita hoaks yang justru memprovokasi antara pihak satu dengan pihak yang lain. Maka generasi milenial perlu mengimbangi dengan literasi-literasi yang ada. Tujuannya adalah untuk membangun perspektif dalam mengolah informasi di sosmed yang bersliweran.
Oleh sebab itu, kelemahan diri yang nampak tersebut harus diperbaiki dan mengarahkan potensi diri. Kemudian, diarahkan untuk sadar bahwa diluar sana banyak generasi yang mempunyai potensi hebat. Sehingga terbangun jiwa kompetitif, berfikir kritis dan mampu bertindak. Didukung dengan teknologi digital yang mereka manfaatkan untuk menggali informasi sekaligus memperluas partnership. Selain itu, untuk membangun sebuah bidang usaha.
Dengan kehadiran pasar digital umat manusia tidak boleh gagap dalam menghadapi zaman. Manusia dituntut mampu memberikan edukasi kepada masyarakat dan memberikan kontribusi nyata dalam perkembangan teknologi. Seperti halnya generasi milenial terjun langsung ke masyarakat bawah mempromosikan produk para pelaku usaha yang tidak paham akan teknologi. Sehingga pergerakan ekonomi masyarakat menggeliat dengan baik. (*)