Tips Mengejar Layang-layang sebagai Bentuk Nilai Perjuangan

Tips Mengejar Layang-layang sebagai Bentuk Nilai Perjuangan
Iklan Bawaslu Tuban

Oleh: Alfian Hudan Laksana*

Tuban Literasi – Bagi masyarakat perkotaan -yang berduit- mengejar layang-layang putus adalah suatu hal yang sia-sia dan menghabiskan waktu juga tenaga. Hal itu juga memiliki resiko yang pastinya akan merugikan bagi keberlangsungan kehidupan, mulai adanya pertengkaran, kecelakaan hingga sebuah kematian. Sehingga mereka lebih memilih untuk membeli daripada capai-capai mengejar, toh tidak ada kepastian akan mendapatkan layang-layang putus itu.

Bacaan Lainnya

Namun sangat berbeda bila ditilik dari sudut pandang bagi kalangan menengah ke bawah. Mengejar layang-layang putus bukan soal untung-rugi, tapi dibalik peristiwa itu ada unsur nilai perjuangan. Seseorang akan lebih menghargai proses perjuangan, bukan hasil.

Karena suatu keprihatinan tersebut saya mencoba berbagi tips mengejar layang-layang putus (yang aman) agar tetap terjaga mental-mental yang menghargai sebuah perjuangan.

Kenali Medan

Bagi pengejar layang-layang putus yang kategori pemula maupun expert, hal ini sangat penting. Beda kondisi hari ini dengan kondisi saat tahun 80-90’an. Dimana tanah lapang sudah berubah menjadi perumahan dan gedung-gedung yang pongah. Sehingga secara otomatis akan banyak kendaraan berlalu lalang melewati area tersebut.

Jadi, ketika ada layang-layang janganlah memaksakan untuk mengejarnya, meskipun itu adalah sebuah peluang. Karena potensi untuk tertabrak kendaraan sangat besar. Seorang pejuang harus paham soal medan, atau nanti akan mati sia-sia.

Ridho Orang Tua

Acap kali kita lupa ketika sudah tenggelam dalam suatu perjuangan, sampai-sampai kita acuh dengan kondisi sekitar. Muncul sikap sombong bahwa suatu perjuangan akan selalu berjalan mulus. Padahal dibalik suatu kesuksesan suatu perjuangan ada doa dari orang tua. Kata pak ustad dulu sih Ridhollah fi ridhol walidain.

Ingat Waktu

Suatu masa pasti ada life time-nya. Ibarat sebuah produk pada umur pakai ke sekian performanya akan mengalami penurunan. Seperti halnya manusia, ada waktu dikala itu ia harus pensiun. atau kalau memang ingin melanjutkan sebuah perjuangan kita bisa melakukan suatu pengkaderan.

Hal itu dilakukan agar perjuangan tetap berlanjut, meski dari penerus kita. Biarlah yang muda yang berkarya, yang tua jangan memaksa.

*penulis adalah bakul batik gedhog Tuban

Pos terkait